Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2012

Berhenti

sudah terlalu lama kita tidak bersapa bukan? aku lelah berharap, atau percaya akan harapan. bagaimana bisa aku menggantungkan harapan yang sama selama tiga tahun ini? aku ingin berlari, dan kembali menemukan jalan untuk merasakan apa itu kehangatan. aku menjadi munafik dan membohongi segala teriakan yang memecah kesunyianku. seolah aku buta dan cahayaku lenyap dimakan kerinduan. aku kini berhenti. berhenti untuk menjadikan asaku sebagai harapan. berhenti untuk mengubah sunyiku menjadi keramaian. bukannya aku kalah dan menyerah, tapi aku hanya mencoba percaya bahwa harapan terkadang tidak sesuai dengan kenyataan, dan bahwa selama ini aku hanya berlari memutar arah tanpa pernah bisa kembali. lalu aku tersadar, bahwa harapan yang kugantungkan itu adalah momok yang terus memaksaku untuk merobek jahitan dari lembar masa kelamku. untuk apa aku menjatuhkan diri pada luka yang sama, jika sampai sekarangpun aku masih belum bisa mengambil pelajaran darinya?

Abstrak

bagaimana aku sanggup menjelaskan kamu dalam setiap kata kata yang seluruhnya aku bisukan? bagaimana aku bisa menjelaskan kamu dalam setiap cipratan oase ditengah gurun? bagaimana aku bisa menjadi hembusan angin yang mampu mencabik dan menghancurkan setiap keping kenangan tanpa pernah menyentuhnya? aku bahkan mati dalam tulisanku sendiri. kisah ini terlalu panjang bahkan jika harus aku ceritakan. dan kamu, sangat abstrak untuk bisa aku gambarkan. aku mulai berpikir untuk menjadikan kamu dan sepenggal kisah ini menjadi suatu hal yang tidak perlu disuarakan, cukup untuk menjadi cerita terpendam, kisah tersingkirkan dan memori yang terlupakan. walaupun aku tau, bagaimanapun aku mencoba, bagaimanapun aku berlari dan berpindah tempat, aku hanya kembali ke tempat yang sama, dan ketika aku menoleh kebelakang, aku hanya berputar disuatu lingkaran yang berpusat di satu titik; kamu. kamu masih sebuah noda hitam berbentuk titik yang seharusnya dari dulu aku lenyapkan. kamu masih teta
aku ingin bertemu lagi denganmu, walau hanya sekejap mata, walau hanya sekelebat bayang, walau hanya sekedar mengisi kekosongan dalam baterai cahayaku. aku hanya sekedar ingin melupakan bahwa perpisahan itu pernah ada. kamu yang mengajariku kebebasan dalam menulis, kamu yang begitu banyak menjadi tema dalam setiap rangkaian huruf tak bermakna yang aku buat. kamu masih tetap disana, di singgasana dalam sebuah ruang dari sebongkah hatiku yang hampir tak berfungsi lagi. aku harus bertemu denganmu, untuk sekedar memberiku alasan untuk tetap menulis. aku terlalu mempercayakanmu menjadi cahaya ditengah kegelepan, terlalu mempercayaimu menjadi radar kebahagiaan ditengah kehampaan. lalu mengapa dalam hampa, aku tetap merasakan sakit? padahal hampa itu kosong, kosong berarti tidak ada, dan sgala yang tak ada harusnya tidak memiliki apapun, termasuk rasa sakit didalamnya. merindukanmu adalah rasa sakit dalam kehampaan. rasa sakit yang sama, saat aku pikir aku dapat menyentuh angin
aku menuliskan lagi sebuah rangkaian huruf, barisan kata kata yang masih tetap memiliki satu alasan, satu sebab dan satu nama; kamu. aku masih tetap menciptakan untaian musik tanpa suara dengan kamu sebagai nadanya. aku masih merangkai barisan huruf dari satu noda hitam yang harusnya sudah aku lenyapkan keberadaannya. semuanya masih tentang kamu. bagaimana bisa kamu masih tetap menjadi satu-satunya alasanku menulis? satu-satunya 'bintang' yang paling ku tunggu cahayanya. padahal aku tau, kita berbeda. aku menganggap hujan itu indah dan kamu menganggap hujan itu musibah. kamu bilang abu-abu itu mengagumkan dan aku bilang pelangi yang mengagumkan. aku menganggap cinta itu nyata dan kamu menganggap cinta itu permainan. dimana letaknya persamaan kita? bahkan walaupun aku tau itu, kamu masih tetap menjadi memori yang selalu ingin aku panggil. aku terlalu bergantung pada cahaya dari 'bintang'mu. aku tidak pernah pandai menulis, tidak dulu tidak juga sekarang.

aku rindu

Aku rindu... Pada setiap lembar cerita kelamku Pada setiap nada yang tak disuarakan Pada setiap kisah yang tak diceritakan Aku rindu... Pada kebisingan dalam kesunyian Pada gemuruh dalam keheningan Pada terik dalam hujan Aku rindu... Seperti kemarau yang menginginkan hujan Seperti gurun yang jatuh cinta pada oase Seperti harapan yang dicabik asa Dan aku rindu... Pada untaian kata yang disisipkan Pada setitik noda hitam yang dibeberkan Pada kamu yang menjatuhkanku dalam kepalsuan kenyataan