Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2012

Kebun Teh Terakhir - Contest Version

Rasanya baru kemarin aku mendapat belaian lembut tangannya yang menyentuh ujung kepalaku, baru kemarin juga rasanya aku menggenggam jemari tangannya yang lebih panjang dan besar dariku, baru kemarin dia berdiri di hadapanku dan mencium keningku, bahkan baru kemarin juga rasanya dia hadir di samping ku dan membiarkan aku menangis dalam pelukannya. Aku merasa baru kemarin aku bertemu dengannya. Entah harus ku sebut itu mimpi burukku yang indah atau... Ah aku tidak tahu. Kemarin malam, mendung menyelimuti langit yang biasanya penuh dengan bintang saat dia berada disampingku. Dia menatapku dengan pandangan yang sangat ku rindukan   -setelah hampir tiga minggu aku tak bertemu dengannya- . Matanya yang sayu menatapku tajam. Lama. Hingga akhirnya aku tak sanggup untuk bertahan, lalu ku alihkan pandanganku. Aku ta h u, banyak yang ia ingin ucapkan padaku tapi entah bagaimana, seolah aku ta h u pula bahwa ia - pun merasa enggan mengutarakannya. Kami hanya terjebak dalam kebisuan d

cerita tanpa suara

Dia kembali menemuiku lagi, dia kembali menyentuh pundak ku, menyentuh ujung jemariku. Lalu kami terdiam dalam keheningan yang cukup lama. Seketika dia duduk dan menatap mataku dalam. Dia kembali meneriakkan perasaannya dalam keheningan. Dia kembali menyuarakan perasaannya dalam diam. Lewat tatapannya, aku merasakan kekosongan. Dia melihat, tapi tidak tahu apa yang dia lihat, dia memperhatikan tapi tidak memusatkan pikirannya. Dia masih terdiam. Masih enggan membuka suara. Ketika ujung jemari kami bersentuhan, dia menundukkan pandangannya dan air mata yang ku khawatirkan keluar justru mengalir deras tanpa ampun dari ujung matanya. Dia masih menundukkan wajahnya, seolah tidak ingin aku melihatnya. Lalu dia menyentuh tanganku, dengan tatapannya, dia menunjukan perasaannya. Lagi lagi dia datang padaku dengan hancur. Kami tidak bersuara sama sekali, hanya ada keheningan yang menjadi komunikasi kami. Dia masih terus meneteskan air mata yang ku benci itu, dan aku hanya bisa berusah