Skip to main content
aku menuliskan lagi sebuah rangkaian huruf, barisan kata kata yang masih tetap memiliki satu alasan, satu sebab dan satu nama; kamu.

aku masih tetap menciptakan untaian musik tanpa suara dengan kamu sebagai nadanya. aku masih merangkai barisan huruf dari satu noda hitam yang harusnya sudah aku lenyapkan keberadaannya. semuanya masih tentang kamu.

bagaimana bisa kamu masih tetap menjadi satu-satunya alasanku menulis?
satu-satunya 'bintang' yang paling ku tunggu cahayanya.
padahal aku tau, kita berbeda.

aku menganggap hujan itu indah dan kamu menganggap hujan itu musibah.
kamu bilang abu-abu itu mengagumkan dan aku bilang pelangi yang mengagumkan.
aku menganggap cinta itu nyata dan kamu menganggap cinta itu permainan.
dimana letaknya persamaan kita?
bahkan walaupun aku tau itu, kamu masih tetap menjadi memori yang selalu ingin aku panggil.

aku terlalu bergantung pada cahaya dari 'bintang'mu.
aku tidak pernah pandai menulis, tidak dulu tidak juga sekarang.
aku hanya bisa menulis saat aku merasakan cahaya dari bintangmu dan kurasa aku akan berhenti menulis jika kau tak ada, karena hatiku sendiri telah kehilangan 'bintang'nya yang paling cerah.

Comments