Skip to main content

Vansya Riona Ditawnee

“hey” aku menemuinya lagi. Dia, lagi lagi sedang melamun dihadapanku. “Kenapa kau berhenti menulis? Tidakkah kau ingin menemuiku? Tidakkah kau ingin membaginya denganku? Kenapa dengan mudah kau mengurungkan niatmu dalam menulis? Kenapa kau menolak hadirku?” aku menuntut pertanyaan begitu banyak padanya.

“hhh..” Desahku. Gadis di dalam cermin ini selalu mengerti bagaimanapun aku mnutupinya. Dia menuntut banyak padaku, bertanya banyak hal yang membuatku merasa bersalah, membuatku merasa seperti menempatkannya pada posisiku. “Menurutmu, mengapa aku berhenti?” Jawabku dengan pertanyaan.

Jujur, terkadang aku membencinya saat dia selalu berusaha menghindar dengan segala tuntutanku. “Kau berhenti karena kau pikir dia, -yang selalu kau jadikan inspirasi dan juga alasanmu menulis- sudah tidak ada bukan? Karena dia, -yang kau anggap selalu bersinar- kini telah redup bukan?” Ku tuntut kembali dengan segala kecamanku.

DEG! Aku terkejut. Gadis itu tak pernah berbicara sedemikian kasarnya padaku. Ego-ku menguasaiku, aku tidak ingin terlihat kalah,”Percuma saja, bertanya padamu sama saja dengan aku berbicara pada diriku sendiri dan aku sudah tau jawabannya. Aku tidak akan memulainya sebelum aku menemukan alasanku”.

Ya, sudah ku duga. Dia akan kembali menghentakku. “Aku memang tokoh yang hanya ada dalam tulisanmu, tapi justru kau yang seharusnya sadar bahwa kau adalah tokoh yang hidup dalam ceritamu”.

“Pergilah, aku bahkan tidak mengenalmu”. Aku tak yakin dengan ucapanku.

“Hah kau bohong jika kau tak mengenalku. Aku selalu hidup dalam hari-harimu, aku selalu menjadi bayanganmu, aku selalu ada bahkan saat kau tak sadar kehadiranku. Panggil saja aku Riona. Vansya Riona Ditawnee”.

Lucu, dia memperkenalkan namanya padaku. “Baiklah Riona, aku tidak membencimu, aku terkadang hanya berusaha sendiri tanpa memikirkan bahwa kau selalu bersamaku. Sekarang, saat ini, Vansya Riona Ditawnee, kau baru bagiku, aku masih mencari alasan mengapa aku menulis. Dan untuk apa semua ini? Aku sendiripun tidak mengerti”.

“Nantipun kau akan tau apa alasanmu dan untuk apa semua ini bagimu. Carilah apa yang selama ini sebenarnya sudah kau temukan, karena jika kau tak mencoba, yang akan kau dapati hanya penyesalan. Temui aku jika memang suda waktunya”.

Gadis itu, dia menghilang dengan senyum penuh percaya padaku.

Comments