Skip to main content

Labirin dan Lilin Harapanku

Aku membuka gelapku dengan sinar  yang kupikir begitu adanya. Aku tersadar, aku semakin berusaha membuka gelapku dengan sinar dari cahayaku.
Tapi justru aku semakin tersesat.
Aku semakin tak menemukan kemana arahku berjalan .

Hatiku berteriak, berkata padaku bahwa ternyata aku masih berada dalam kesalahan.
Aaku masih berada di jalan yang salah dan aku masih bodoh untuk menyadarinya
Aku menyoba mencari cahaya lain, aku mencoba mencari petunjuk lagi.
Entah darimanapun itu, aku tak peduli .

Aku berlari tanpa arah.
Aku menjerit dalam diri,
Berharap seseorang mendengar dan memberiku cahaya
Berharap seseorang memberiku petunjuk untuk keluar dari labirin ini.

Aku trauma, aku bahkan tak sanggup membunuh rasa takut itu.
Aku sudah gagal.
Aku semakin gagal saat aku sadar bahwa semua yang aku mulai ini adalah sia sia.
Aku semakin merasa jauh dari sempurna saat aku sadar cahaya pada lilin harapan yang terus ku jaga justru semakin redup sejak dari awal pertama ku coba hidupkan apinya.

Aku semakin berpegangan dan percaya sepenuhnya pada cahaya yang aku sendiripun tak tau akankah ia membawaku menuju pintu keluarnya.
Aku semakin mempertaruhkan seluruh diriku pada lilin ini.

Sampai pada saatnya tiba, cahaya dari lilin ini semakin meredup.
Semakin hilang saat aku pikir bahwa ku sudah menemukan jalan keluarnya.
Namun ternyata aku semakin terperangkap, aku semakin hancur oleh harapanku sendiri.

Aku menangis.
Kegelapan selalu mampu membuatku merasa takut.
Aku sadar lilin itu tak lagi meniupkan cahayanya untuk membimbingku.
Tapi dia tetap setia untuk ada bersamaku hingga saatnya aku nanti dapat keluar dari labirin keputusasaan ini.

Comments