seseorang menghancurkan cintaku. entah bagaimana caranya, seolah dia selalu mampu membuat puingnya menjadi debu. seseorang menikam lukaku, membiarkannya berdarah, membiarkannya semakin perih. membiarkanku menangisinya hingga aku lupa caranya berhenti. seseorang menodai kepercayaanku dan menganggapku marah karenanya. padahal ia tahu benar bahwa aku terluka. dulu, aku pikir cinta mampu menyelesaikan segalanya. mampu menyatukan perbedaan, mampu menghilangkan keraguan, mampu menghapuskan kesedihan. lalu tak lama setelah itu, aku berkenalan dengan takdir. dan persepsiku sebelumnya seperti pasir yang ditiupkan begitu saja. hilang. tak bersisa. aku membungkam mulutku, menutup rapat kedua mataku agar aku tak lagi menangisi kesedihan. bagaimanapun cinta ini luka, dan meski aku tau itu, aku tetap menikmatinya. lalu kucoba menengadah, kuulurkan tanganku pada hujan. berharap tetesannya mampu menghidupkan harapanku, berharap kesejukannya mampu memenuhi dahaga kerinduanku. aku seperti ...
You might find yours here